Rabu, 05 Januari 2011

2 Pasang Mata

di gelap malam dan merdunya rintik hujan
2 pasang mata saling memandang
saling menyelam jauh kemudian mengajak terbang
acuhkan nyanyian serangga dan menghilang

di antara dinding rumah nan tak mewah
2 pasang mata saling bercerita
mencampur haru dan bahagia
menghadapkan pada kata
lalu berpeluk pada cinta

di antara desir angin dan malunya hujan
bulan jadi saksi
2 pasang mata bertemu dalam rindu
jadi satu

Rindu

Euforia menempatkan pada ujung mata
membuai kisah kisah yang tak urung bercerita
sayang,
kicau perkutut lesap di remang cakrawala
lewatkan ribuan bulir padi bergesek yang jadi balada

bilakah datang sang anak pena?
menuai mimpi bersama purnama

Sabtu, 01 Januari 2011

Per-Tanya

kau tanyakan bersama angin,
"lesapkah peluh di dahi keriput?"

kau tanya bersama hujan,
"masih keringkah pori di bawah baju kusut?"

lalu petir menyambar
yang gelap jadi terang

wanita tua menangis memangkunya

masihkah kau bertanya

Tuan Pelayan

Kemarilah sahabatku
tak usah kau ketuk pintu
karna ku tlah lama buka pintu ini
hanya untukmu
datang dengan senyum tipis
baju yang lusuh dan tawa yang pilu

masuklah,
duduklah pada singgasanaku
kenakan mahkota emasku yang membuai slalu
jangan lupa,
tegak anggur tua yang tersaji di meja
dan makanlah sepotong roti dari belanda
yang tentu saja belum kau sentuh sebelumnya

mandilah dulu,
bersihkan tubuhmu dengan air bunga
yang ada di 'bathtub' pualam dari amerika
biar wangimu kalahkan raja

setelah itu
kenakan jubahku
mahkota pula
kan kupijat kakimu yang lelah
saat mengetuk hati pada setiap jumpa

hari ini akulah yang menjadi pelayanmu...

Dengan Sederhana

Ku bilang, "aku mencintaimu."
kau tanyakan, "apa buktinya?"
"aku berjanji dan bersumpah akan cintaku."
kau kata, "itu tidak akan cukup."

dan hancur-lah dadaku
menangis dengan seru

ku tanya, "apa perlu untuk terjun dari gedung ini supaya kau tahu?
atau bunuh aku dan ambil hatiku."
"tidak perlu, itu hanya menyelesaikan dengan kepengecutan."
"apa perlu kubangun kuil untuk memuja cinta ku? dan kubangun istana untukmu?"
kau membalas, "terlalu mewah bagi seorang hamba macam aku."

tidak pernah kau setuju
berkeping jadinya menjerumuskan dalam kelam
menahan napas dengan diam
beku
mematung
hancur

harus bagaimana
aku meyakinkanmu?
lebih mudah menghancurkan merapi
mengganti kutub utara dan selatan
mengubah siang dan malam

tapi
tidak begitu mudah mengartikan hatimu
yang terlalu istimewa
untuk kumaknai
dengan sederhana