Suasana tiba-tiba jadi beku saat Hani mengucapkan kata itu. Dery, yang semenjak tadi masih bisa mengucapkan guyonan, langsung diam.
"Mengapa, Der? Mengapa kau merubah keputusanmu dengan mendadak? Bukankah dulu kau yang merencanakan ini." Dengan nada marah yang tertahan dan tetesan air mata Hani bertanya.
"Jangan permainkan perasaanku. Aku adalah wanita, dan aku manusia."
Dery hanya terdiam mendengar deretan kalimat yang diberikan padanya. Dia tidak bergerak. Hanya tertunduk.
"Katakan padaku, mengapa harus kau tunda rencana pernikahan kita? Apa kau tak mencintaiku lagi?" Hani kembali bertanya.
"Bukan itu alasannya. Aku masih mencintaimu." Dery menawarkan jawaban. Dia memandang ke depan dengan kosong. Matanya sayu.
"Aku, takut."
"Apa kau takut menikahiku?"
"ya, aku takut kau kecewa. keputusan kita terlalu cepat."
Suasana hening itu berbalik menembus hati Hani.
"Kecewa kenapa?"
"Aku, tak bisa bercinta dengan wanita."
"Mengapa, Der? Mengapa kau merubah keputusanmu dengan mendadak? Bukankah dulu kau yang merencanakan ini." Dengan nada marah yang tertahan dan tetesan air mata Hani bertanya.
"Jangan permainkan perasaanku. Aku adalah wanita, dan aku manusia."
Dery hanya terdiam mendengar deretan kalimat yang diberikan padanya. Dia tidak bergerak. Hanya tertunduk.
"Katakan padaku, mengapa harus kau tunda rencana pernikahan kita? Apa kau tak mencintaiku lagi?" Hani kembali bertanya.
"Bukan itu alasannya. Aku masih mencintaimu." Dery menawarkan jawaban. Dia memandang ke depan dengan kosong. Matanya sayu.
"Aku, takut."
"Apa kau takut menikahiku?"
"ya, aku takut kau kecewa. keputusan kita terlalu cepat."
Suasana hening itu berbalik menembus hati Hani.
"Kecewa kenapa?"
"Aku, tak bisa bercinta dengan wanita."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar