berdiri...
langkah tertatih masih menyapu
perih dari luka perut bumi
menyembur mulut bernanah darah
antara mati dan 'hidup' lagi
sudah tak kurasakan denyut hati
yang bernyanyi
senandungkan harmoni kehidupan
hanya kecamuk otak ber'retorika'
dalam kepenatan yang menggaung
antara ruang yang hampa
rambutmu mulai kusut,
wajahmu berkeriput
kering sudah mulut
yang tak lagi berkoar
mengenai nurani....
biar hujan dan badai menerjang
kau masih sang halilintar
memecut keraguan
membahanakan ketakutan...
biar peluh menderas
tak lagi berimpas
pada sebuah suluk yang tertancap
tegak
mati
hidup
kubur
bumi
gersang
hujan
garis tak terlihat antara hitam dan putih
batas yang tak jelas antara
takut dan menjadi pengecut...
masih berhamburan
dan membuncah lagi dalam kepenatan...
aku masih (di) antara alam dan yang belum berada.
langkah tertatih masih menyapu
perih dari luka perut bumi
menyembur mulut bernanah darah
antara mati dan 'hidup' lagi
sudah tak kurasakan denyut hati
yang bernyanyi
senandungkan harmoni kehidupan
hanya kecamuk otak ber'retorika'
dalam kepenatan yang menggaung
antara ruang yang hampa
rambutmu mulai kusut,
wajahmu berkeriput
kering sudah mulut
yang tak lagi berkoar
mengenai nurani....
biar hujan dan badai menerjang
kau masih sang halilintar
memecut keraguan
membahanakan ketakutan...
biar peluh menderas
tak lagi berimpas
pada sebuah suluk yang tertancap
tegak
mati
hidup
kubur
bumi
gersang
hujan
garis tak terlihat antara hitam dan putih
batas yang tak jelas antara
takut dan menjadi pengecut...
masih berhamburan
dan membuncah lagi dalam kepenatan...
aku masih (di) antara alam dan yang belum berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar