Kamis, 23 Desember 2010

Merajut Lalu

Hanya saja,
hujan begitu murahnya banjiri muka,
"silahkan masuk" ucap si tua
hadapi badan kuyup di teras toko
dendang serenada bahagia
berpaling dahi
tunjukkan keriput tak luput luka,

Dua tua yang sama menunggu nyawa,
-"teh jahe, kiranya anda mau."
+"teh jahe, seperti buatan istriku dulu."
-"buatan istri-istri kita."
+" ya, begitu hangat membuai dalam nyata."
-"deras air tak terasa, sebab ada dia yang terjumpa"
+"masih tetap menyapa, dan semakin membara."
-"begitulah kiranya, dalam waktu yang lalu."

perapian jadikan hangat ruang tamu,
2 potong roti di meja dan beberapa semut yang membauinya,
selimut tebal, dibumbui tawa kecil nan jadikan akrab,
dua tua menghampiri kenangan

-"bila bulan mampu ku dekap, ku kan simpan dalam kenangan."
+"bila bulan mampu jawab, kenangan adalah abadi dalam ingatan."

2 komentar: