Senin, 08 Agustus 2011

Hanya Saja Kita

Rumor tentang adanya orang dermawan yang menyumbang setiap masjid, gereja, wihara, pure, dan tempat ibadah lain telah tersebar luas di penjuru negeri. Dari anak-anak hingga para orang tua membicarakan hal itu. Di warung kopi, di restoran, dan di setiap penjuru negeri, yang dibicarakan adalah betapa dermawannya orang itu.
Tidak hanya tempat ibadah, sekolah-sekolah dan panti asuhan juga menjadi tempat bersedekah orang itu. Orang yang sama. Namanya ada di setiap surat kabar yang terbit. Radio juga sering membicarakan hal yang sama. Tak ketinggalan televisi, sebagai media yang paling dikenal masyarakat saat ini, juga turut mengangkat fakta itu. "Si Dermawan".
Setelah beberapa hari, setiap wartawan dari semua media dan masyarakat mendatangi rumahnya. Mereka mendapatkan alamat orang yang dermawan itu dari sebuah surat yang dikirimkan ke Bapak Presiden.
Setibanya di tempat yang dituju, semua orang heran, tak luput juga bapak Presiden yang ikut hadir bersama masyarakat. Mereka hanya melihat sebuah gubuk reyot di puncak sebuah bukit. Semua orang sontak meragukan hal itu. "apa mungkin orang dermawan yang sering bersedekah itu tinggal di gubuk reyot ini?"
Saat semua orang sedang melagukan keraguan mereka masing-masing, pintu gubuk itu terbuka. Seorang kakek keluar dengan perlahan.
"Tuhan lebih kaya dari kita, dan dia tidak pernah menampakkan kekayaannya pada kita."

2 komentar:

  1. Layak untuk direnungkan. Tulisannya juga nggak terlalu panjang. Mantab Bie. Suka..! (acacicu)

    BalasHapus
  2. Maturnuwun sudah mampir, mas Hakim... :)

    BalasHapus